SELAMAT DATANG DI LAMPUNG TERCINTA





selamat datang sekali lagi di lampung kita yang tercinta ini. Banyak banget yang mau saya ceritain tentang provinsi terindah diindonesia (amieeen).lampung memiliki ibukota bernama Bandar Lampung atau lebih dikenal kota tapis berseri. Banyak banget yang mau saya ceritain tentang lampung namun sekarang cukup secara umum dulu karna sperti apa yang saya bilang "provinsi terindah diindonesia" pasti saya punya alasannya. sebagai salam pembuka selamat berwisata dilampung....






Lampung adalah sebuah provinsi paling selatan di Pulau Sumatera, Indonesia. Di sebelah utara berbatasan dengan Bengkulu dan Sumatera Selatan.



Provinsi Lampung dengan ibukota Bandar Lampung, yang merupakan gabungan dari kota kembar Tanjungkarang dan Telukbetung memiliki wilayah yang relatif luas, dan menyimpan potensi kelautan. Pelabuhan utamanya bernama Pelabuhan Panjang dan Pelabuhan Bakauheni serta pelabuhan nelayan seperti Pasar Ikan (Telukbetung), Tarahan, dan Kalianda di Teluk Lampung.



Sedangkan di Teluk Semangka adalah Kota Agung (Kabupaten Tanggamus),
dan di Laut Jawa terdapat pula pelabuhan nelayan seperti Labuhan
Maringgai dan Ketapang. Di samping itu, Kota Menggala juga dapat
dikunjungi kapal-kapal nelayan dengan menyusuri sungai Way Tulang
Bawang, adapun di Samudra Indonesia terdapat Pelabuhan Krui.



Lapangan terbang utamanya adalah "Radin Inten II",
yaitu nama baru dari "Branti", 28 Km dari Ibukota melalui jalan negara
menuju Kotabumi, dan Lapangan terbang AURI terdapat di Menggala yang
bernama Astra Ksetra. Secara Geografis Provinsi Lampung terletak pada
kedudukan : Timur - Barat berada antara : 103o 40' - 105o 50' Bujur
Timur Utara - Selatan berada antara : 6o 45' - 3o 45' Lintang Selatan








Pemandangan Lampung



 



 








 


 



 



 



 



 



 





 



 



 



 



 



 



Aksara Lampung













Tari









Ada berbagai jenis tarian yang merupakan aset budaya Provinsi Lampung. Salah satu jenis tarian yang terkenal adalah Tari Sembah dan Tari Melinting (saat ini nama Tari Sembah sudah dibakukan menjadi Sigeh Penguten).
Ritual tari sembah biasanya diadakan oleh masyarakat lampung untuk
menyambut dan memberikan penghormatan kepada para tamu atau undangan
yang datang, mungkin bolehlah dikatakan sebagai sebuah tarian
penyambutan. Selain sebagai ritual penyambutan, tari sembah pun kerap
kali dilaksanakan dalam upacara adat pernikahan masyarakan Lampung.


 



Tapis Lampung



Kain Tapis adalah pakaian wanita suku Lampung yang berbentuk kain
sarung terbuat dari tenun benang kapas dengan motif atau hiasan bahan
sugi, benang perak atau benang emas dengan sistem sulam (Lampung;
"Cucuk").









Dengan demikian yang dimaksud dengan Tapis Lampung adalah hasil tenun
benang kapas dengan motif, benang perak atau benang emas dan menjadi
pakaian khas suku Lampung. Jenis tenun ini biasanya digunakan pada
bagian pinggang ke bawah berbentuk sarung yang terbuat dari benang kapas
dengan motif seperti motif alam, flora dan fauna yang disulam dengan
benang emas dan benang perak.



Tapis Lampung termasuk kerajian tradisional karena peralatan yang
digunakan dalam membuat kain dasar dan motif-motif hiasnya masih
sederhana dan dikerjakan oleh pengerajin. Kerajinan ini dibuat oleh
wanita, baik ibu rumah tangga maupun gadis-gadis (muli-muli) yang pada
mulanya untuk mengisi waktu senggang dengan tujuan untuk memenuhi
tuntutan adat istiadat yang dianggap sakral. Kain Tapis saat ini
diproduksi oleh pengrajin dengan ragam hias yang bermacam-macam sebagai
barang komoditi yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.


 



Busana Adat









Daerah Lampung dikenal sebagai penghasil kain tapis, kain tenun
bersulam benang emas yang indah. Kain ini dibuat oleh wanita. Pada
penyelenggaraan upacara adat, seperti perkawinan, tapis yang dipenuhi
sulaman benang emas dengan motif yang indah merupakan kelengkapan busana
adat daerah Lampung.



Dalam keseharian laki-laki Lampung mengikat kepalanya dengan kikat.
Bahannya dari kain batik. Bila dipakai dalam kerapatan adat dipadukan
dengan baju teluk belanga dan kain. Lelaki muda Lampung lebih menyukai
memakai kepiah/ketupung, yaitu tutup kepala berbentuk segi empat
berwarna hitam terbuat dari kain tebal, apalagi kalau ingin bertemu
dengan gadis. Untuk mengiring pengantin dikenakan kekat akkin, yaitu
destar dengan bagian tepi dihias bunga-bunga dari benang emas dan bagian
tengah berhiaskan siger, serta di salah satu sudutnya terdapat sulaman
benang emas berupa bunga tanjung dan bunga cengkeh.



Sebagai penutup badan dikenakan kawai, yaitu baju berbentuk teluk
belanga belah buluh atau jas. Baju ini terbuat dari bahan kain tetoron
atau belacu dan lebih disukai yang berwarna terang. Tetapi sekarang
banyak digunakan kawai kemija, yaitu bentuk kemeja seperti pakaian
sekolah atau moderen. Pemakaian kawai kemija ini sudah biasa untuk
menyertai kain dan peci, ketika menghadiri upacara adat sekalipun.



Bagian bawah mengenakan senjang, yaitu kain yang dibuat dari kain
Samarinda. Bugis atau batik Jawa. Tetapi sekarang telah dikenal adanya
celanou (celana) pendek dan panjang sebagai penganti kain.


Kaum wanita Lampung sehari-hari memakai kanduk/kakambut atau kudung
sebagai penutup kepala yang dililitkan. Bahannya dari kain halus tipis
atau sutera. Selain itu, kaum ibu kadangkadang menggunakannya sebagai
kain pengendong anak kecil.



Lawai kurung digunakan sebagai penutup badan, memiliki bentuk seperti
baju kurung. Baju ini terbuat dari bahan tipis atau sutra dan pada tepi
muka serta lengan biasa dihiasi rajutan renda halus. Sebagai kain
dikenakan senjang atau cawol. Untuk mempererat ikatan kain (senjang) dan
celana di pinggang laki-laki digunakan bebet (ikat pinggang), sedangkan
wanitanya menggunakan setagen. Perlengkapan lain yang dikenakan oleh
laki-laki Lampung adalah selikap, yaitu kain selendang yang dipakai
untuk penahan panas atau dingin yang dililitkan di leher. Pada waktu
mandi di sungai, kain ini dipakai sebagai kain basahan. Selikap yang
terbuat dari kain yang mahal dipakai saat menghadiri upacara adat dan
untuk melakukan ibadah ke masjid.



Untuk menghadiri upacara adat, seperti perkawinan kaum wanita, baik
yang gadis maupun yang sudah kawin, menyanggul rambutnya (belatung
buwok). Cara menyanggul seperti ini memerlukan rambut tambahan untuk
melilit rambut ash dengan bantuan rajutan benang hitam halus. Kemudian
rajutan tadi ditusuk dengan bunga kawat yang dapat bergerak-gerak
(kembang goyang).



Khusus bagi wanita yang baru menikah, pada saat menghadiri upacara
perkawinan mengenakan kawai/kebayou (kebaya) beludru warna hitam dengan
hiasan rekatan atau sulaman benang emas pada ujung-ujung kebaya dan
bagian punggungnya. Dikenakan senjang/ cawol yang penuhi hiasan terbuat
dari bahan tenun bertatah sulam benang emas, yang dikenal sebagai kain
tapis atau kain Lampung. Sulaman benang emas ada yang dibuat
berselang-seling, tetapi ada yang disulam hampir di seluruh kain.



Para ibu muda dan pengantin baru dalam menghadiri upacara adat
mengenakan kain tapis bermotif dasar bergaris dari bahan katun bersulam
benang emas dan kepingan kaca. Di bahunya tersampir tuguk jung sarat,
yaitu selendang sutra bersulam benang emas dengan motif tumpal dan bunga
tanjung. Selain itu, juga dapat dikenakan selekap balak, yaitu
selendang sutra disulam dengan emas dengan motif pucuk rebung, di
tengahnya bermotifkan siger yang di kelilingi bunga tanjung, bunga
cengkeh dan hiasan berupa ayam jantan.



Untuk memperindah dirinya dipergunakan berbagai asesoris terbuat dari
emas. Selambok/rattai galah, yaitu kalung leher (monte) berangkai
kecil-kecil dilengkapi dengan leontin dari batu permata yang ikat dengan
emas. Kelai pungew, yaitu gelang yang dipakai di lengan kanan atau
kiri, biasanya memiliki bentuk seperti badan ular (kalai ulai). Pada
jari tengah atau manis diberi cincin (alali) dari emas, perak atau suasa
diberi mata dari permata. Dikenakan pula kalai kukut, yaitu gelang kaki
yang biasanya berbentuk badan ular melingkar serta dapat dirangkaikan.
Kalai kukut ini dipakai sebagai perlengkapan pakaian masyarakat yang
hidup di desa, kecuali saat pergi ke ladang.



Pakaian mewah dipenuhi dengan warna kuning keemasan dapat dijumpai
pada busana yang dikenakan pengantin daerah Lampung. Mulai dari kepala
sampai ke kaki terlihat warna kuning emas.


Di kepala mempelai wanita bertengger siger, yaitu mahkota berbentuk
seperti tanduk dari lempengan kuningan yang ditatah hias bertitik-titik
rangkaian bunga. Siger ini berlekuk ruji tajam berjumlah sembilan
lekukan di depan dan di belakang (siger tarub), yang setiap lekukannya
diberi hiasan bunga cemara dari kuningan (beringin tumbuh). Puncak siger
diberi hiasan serenja bulan, yaitu kembang hias berupa mahkota
berjumlah satu sampai tiga buah. Mahkota kecil ini mempunyai lengkungan
di bagian bawah dan beruji tajam-tajam pada bagian atas serta berhiaskan
bunga. Pada umumnya terbuat dari bahan kuningan yang ditatah.



Badan mempelai dibungkus dengan sesapur, yaitu baju kurung bewarna
putih atau baju yang tidak berangkai pada sisinya dan di tepi bagian
bawah berhias uang perak yang digantungkan berangkai (rambai ringgit).
Sebagai kainnya dikenakan kain tapis dewo sanow (kain tapis dewasana)
dipakai oleh wanita pada waktu upacara besar (begawi) dari bahan katun
bersulam emas dengan motif tumpal atau pucuk rebung. Kain ini dibuat
beralaskan benang emas, hingga tidak nampak kain dasarnya. Bila kain
dasarnya masih nampak disebut jung sarat. Jenis tapis dewasana merupakan
hasil tenunan sendiri, yang sekarang sangat jarang dibuat lagi.



Pinggang mempelai wanita dilingkari bulu serti, yaitu ikat pinggang
yang terbuat dari kain beludru berlapis kain merah. Bagian atas ikat
pinggang ini dijaitkan kuningan yang digunting berbentuk bulat dan
bertahtakan hiasan berupa bulatan kecil-kecil. Di bawah bulu serti
dikenakan pending, yaitu ikat pinggang dari uang ringgitan Belanda
dengan gambar ratu Wihelmina di bagian atas.



Pada bagian dada tergantung mulan temanggal, yaitu hiasan dari
kuningan berbentuk seperti tanduk tanpa motif, hanya bertatah dasar.
Kemudian dinar, yaitu uang Arab dari emas diberi peniti digantungkan
pada sesapur, tepatnya di bagian atas perut. Dikenakan pula buah jukum,
yaitu hiasan berbentuk buah-buah kecil di atas kain yang dirangkai
menjadi untaian bunga dengan benang dijadikan kalung panjang. Biasanya
kalung ini dipakai melingkar mulai dari bahu ke bagian perut sampai ke
belakang.



Gelang burung, yaitu hiasan dari kuningan berbentuk burung bersayap
yang diikatkan pada lengan kiri dan kanan, tepatnya di bawah bahu. Di
atasnya direkatkan bebe, yaitu sulaman kain halus yang berlubang-lubang.
Sementara gelang kana, terbuat dari kuningan berukir dan gelang Arab,
yang memiliki bentuk sedikit berbeda, dikenakan bersama-sama di lengan
atas dan bawah.



Mempelai laki-laki mengenakan kopiyah mas sebagai mahkota. Bentuknya
bulat ke atas dengan ujung beruji tajam. Bahannya dari kuningan
bertahtakan hiasan karangan bunga. Badannya ditutup dengan sesapur warna
putih berlengan panjang. Dipakai celanou (celana) panjang dengan warna
sama dengan warna baju.


Pada pinggang dibalutkan tapis bersulam benang emas penuh diikat
dengan pending. Bagian dada dilibatkan membentuk silang limar, yaitu
selendang dari sutra disulam benang emas penuh. Lengan dihias dengan
gelang burung dan gelang kana. Perlengkapan lain yang menghiasi badan
sama seperti yang dikenakan oleh mempelai wanita. Kaki kedua mempelai
dibungkus dengan selop beludru warna hitam.



list of lampung governor 































































































NoFotoNamaMulai JabatanAkhir JabatanKeterangan
1.
Kusno Danupoyo19641966 
2.Zainal Abidin Pagaralam.jpgZainal Abidin Pagaralam19661973 
3.
R. Sutiyoso19731978 
4.
Yasir Hadibroto19781988 
5.
Poedjono Pranyoto19881993 
6.
Poedjono Pranyoto19931998 
7.Umarsono.jpgOemarsono19985 Februari 2003 
8.
Tursandi Alwi5 Februari 20032 Juni 2004Pejabat Gubernur
9.Sjachroedin Z.P.JPGSjachroedin Z.P2 Juni 20042 Juli 2008Masa jabatan Periode 1
10.
Syamsurya Ryacudu2 Juli 20082 Juni 2009Pejabat Gubernur
11.Sjachroedin Z.P.JPGSjachroedin Z.P2 Juni 2009SekarangMasa jabatan Periode 2

Related Posts:

0 Response to " SELAMAT DATANG DI LAMPUNG TERCINTA"

Post a Comment